Apa sih yang dimaksud dengan kedewasaan seseorang? Tubuh
besarkah? Usia tuakah? Prestasi hebatkah? Saya kira bukan.
Kedewasaan adalah bagaimana seseorang menghadapi masalah-masalah di depannya. Dewasa adalah bagaimana seseorang menilai baik-buruknya sesuatu. Dewasa adalah bagaimana seseorang dapat mengatur kehidupan yang dijalaninya. Dewasa adalah bagaimana seseorang dapat berkomitmen terhadap janji-janji yang diucap. Janji-janji yang dimaksud di sini termasuk kepatuhan seseorang terhadap peraturan-peraturan yang mengikatnya.
Kedewasaan adalah bagaimana seseorang menghadapi masalah-masalah di depannya. Dewasa adalah bagaimana seseorang menilai baik-buruknya sesuatu. Dewasa adalah bagaimana seseorang dapat mengatur kehidupan yang dijalaninya. Dewasa adalah bagaimana seseorang dapat berkomitmen terhadap janji-janji yang diucap. Janji-janji yang dimaksud di sini termasuk kepatuhan seseorang terhadap peraturan-peraturan yang mengikatnya.
Lantas, bagaimana dengan orang-orang yang melanggar berbagai
macam peraturan? Tidak dewasakah dia? Mungkin tidak boleh divonis begitu saja.
Tidak akan ada asap kalau tidak ada api. Pasti semua kejadian ada sebab-musababnya.
Orang yang dewasa pasti akan menyadari apa-apa peraturan yang mengikatnya.
Menyadari, dan menilai, apakah peraturan tersebut baik atau buruk. Saya yakin,
sebagian besar peraturan pasti terselip tujuan baik, walaupun kadang-kadang secuil
tujuan baik yang terselip itu membuat tersisihkannya tujuan baik yang lebih
besar.
Di sini saya bukan mau membahas tujuan-tujuan peraturan.
Kita asumsikan saja kalau semua peraturan itu esensinya adalah baik. Nah, sudah
tidak asing lagi di telinga kita kalau petinggi-petinggi negara ini gemar
melanggar peraturan. Hmm..mungkin kata-kata gemar kurang cocok, ya? Apapun,
lah.. Contohnya saja, kasus korupsi. Sebenarnya kan tidak perlu diberikan
peraturan juga, hati nurani kita sudah tahu kalau korupsi itu bukanlah hal yang
baik. Ya ampuun, sudah peraturan tidak dipatuhi, hati nurani juga disepelekan.
Disepelekan, atau memang para petinggi itu tidak bisa membedakan baik-buruknya
suatu hal? Kalau mendengar bahwa mereka seringkali melakukan korupsi, rasanya
mereka memang tidak bisa membedakan baik-buruknya sesuatu. Kembali ke wacana di
atas, apakah itu berarti mereka tidak dewasa? Jadi, apakah yang mempengaruhi
sikap-sikap seseorang itu adalah kedewasaan seseorang? Saya kira, sifat tamak
dan tidak jujur adalah suatu bukti ketidakdewasaan seseorang. Waduh, gawat!
Berarti negeri ini dipimpin oleh anak-anak tua berdasi?
Padahal, saya yakin kalau mereka-mereka yang sekarang
memimpin negara ini adalah orang-orang yang berpendidikan, paling tidak gelar
sarjana satu sudah mereka kantongi. Lantas, bagaimana caranya supaya seseorang
bisa menjadi dewasa? Makanan yang bergizikah? Pendidikan yang tinggikah?
Pekerjaan dengan gaji besarkah? Lagi-lagi, saya kira bukan. Saya kira, semua
kedewasaan terutama dipengaruhi oleh pendidikan yang diberikan orangtua.
Pengalaman hidup membuat seseorang terus-menerus menjadi lebih dewasa. Jika
sejak kecil seorang anak terus dipaparkan kepada sifat-sifat baik orangtua, dia
akan meniru sifat-sifat baik tersebut. Namun, sebaiknya anak tersebut juga
mengetahui apa- apa sifat yang tidak baik sehingga anak ini kelak dapat
menghindari diri dari sikap-sikap tidak terpuji. Supaya pendidikan berbasis
model seperti ini menempel kuat pada anak, saya kira agamalah yang berperan.
Pendidikan yang diberikan orangtua juga harus diiringi dengan pendidikan agama.
Namun menurut saya, pendidikan agama yang penting di sini bukanlah bahwa shalat
harus di masjid, setiap Senin dan Kamis harus berpuasa sunah, atau setiap
perempuan harus mengenakan jilbab. Yang penting adalah rukun iman. Keyakinan
terhadap Tuhan dan jajarannya. Bagaimanakah caranya membangun dan memperkokoh
hal itu? Ibadah-ibadah yang saya sebut tadilah yang akan memperkokohnya.Tentu
saja lingkungan akan mempengaruhi semua, tetapi anak yang sudah diberikan
pendirian yang kokoh sejak dari rumah akan dapat mengatasinya.
Haduh..saya ngomong apa sih? Maaf jika Anda terusik dengan
tulisan ini. Saya bukan orang psikologi. Saya cuma mahasiswa biasa yang
kebetulan terpikir sedikit tentang sebuah kedewasaan. Pada akhirnya, saya hanya
berkesimpulan bahwa, “it’s all about
akhlak”.