Ada kelompok atas, kelompok tengah, dan kelompok bawah. Tingkatannya sesuai dengan lokasinya. Kelompok yang letaknya lebih atas boleh berkeliaran ke lokasi di bawahnya, tetapi tidak berlaku sebaliknya. Setiap tahun, monyet-monyet ini memilih sendiri rajanya. Pemilihan raja ini terjadi setiap bulan Muharram melalui perkelahian antar pejantan yang mau jadi raja. Pemenangnyalah yang akan jadi raja.
Kata pemandu wisatanya, semua monyet ini merupakan keturunan dari sepasang monyet peliharaan seorang pangeran di sana. Kemudian monyet-monyet itu berkembang biak dan jadilah sebuah 'kerajaan'.
Saat saya datang ke sana, yang menjadi raja adalah seekor monyet bernama Robert. Gaya sekali ya, namanya? Di kerajaan ini, kekuasaan rajanya sangat terlihat. Rakyat monyet tidak akan mendekat kepada pengunjung yang mau memberikan makan kalau rajanya sedang berada di sekitar dan belum kenyang. Ini juga berlaku untuk wakil raja, panglima pertahanan, dan lain sebagainya, saya tidak hapal. Pokoknya, kalau ada 'rakyat' monyet yang berani mendekat, petingginya akan marah.
Oh iya, monyet-monyet di sini sangat jinak. Walaupun para petinggi bisa marah kepada rakyatnya, mereka semua jinak di hadapan manusia. Lihat saja foto di bawah ini. Itu foto Robert yang sedang duduk bersama pengunjung sambil diberikan makan.
Beginilah, saat Robert sedang diberikan makan, tidak ada monyet lain yang berani mendekat.
Tapi, sejinak-jinaknya monyet ini, ternyata hewan tetaplah hewan. Mereka akan lebih garang saat lapar. Apalagi kalau melihat pengunjung membawa makanan. Bisa-bisa, sekonyong-konyong makanan itu sudah berpindah tangan.
Foto-foto yang ditampilkan di sini semuanya diambil dari lokasi kelompok atas.
