23/10/12

Akal, itu karunia


Suatu ketika, saat saya bertugas jaga di balai pengobatan di puskesmas, seorang pemuda datang untuk meminta dibuatkan surat keterangan sehat. Pengukuran tekanan darah dan penimbangan berat badan sudah dilakukan dan didapatkan hasilnya. Begitu saya mau melakukan pengukuran tinggi badan, saya kewalahan.

http://www.cdc.gov/healthyweight/images/height.jpg
Di puskesmas tempat saya bekerja, formulir surat keterangan sehat setidaknya mengandung tiga komponen pemeriksaan, yaitu tekanan darah, berat badan, dan tinggi badan. Dua komponen pertama, secara umum tidak sulit melakukannya. Komponen terakhir, tinggi badan, ternyata tidak semudah itu.

Kenapa nggak semudah itu? Nah, kalau yang kita pelajari dulu waktu kuliah, biasanya pengukuran tinggi badan itu penting dalam tumbuh kembang anak. Jadi, yang biasanya diukur tinggi badannya adalah pasien yang masih dalam masa tumbuh kembang, yaitu pasien anak. Tapi, pada kenyataannya, pasien dewasa juga dilakukan pengukuran tinggi badan, salah satunya untuk keperluan tadi.



Kok bisa? Saya yang memiliki tinggi (hanya) sekitar 156 cm, tidak akan bisa melihat meteran yang berada di atas kepala si pasien ini. Pasien ini tinggi (sekali). Saya bicara ke pasiennya, "Waduh mas, ini gimana saya ngukurnya ya?" Tak diduga-duga, si pasien bilang dengan muka datar, "Naik bangku aja, dok." O_o

Ya akhirnya, dengan sangat terpaksa, dengan muka yang ditebalkan setebal kulit badak, saya pun menggeret sebuah bangku plastik dan naik di atasnya. Jadi saya bisa melihat angka di meteran yang menunjukkan tinggi badan pasien, tingginya 186 cm. Muka tetap saya tebalkan sampai si pasien keluar dari ruangan pemeriksaan. Untungnya, si pasien juga biasa aja, nggak tertawa-tawa atau gimana. Kayaknya dia sudah sering mengalami kejadian seperti ini. Memang ternyata jadi dokter mesti ada jaimnya dikit, ya. Hehehe.

Apa hikmahnya di sini? Sebenarnya kita nggak perlu minder dengan kekurangan kita. Coba ingat seorang tokoh ini. Seorang insinyur bernama Bpk. Bacharudin Jusuf Habibie juga tidak memiliki postur tubuh yang tinggi, tapi dia bisa menerbangkan pesawat. Beliau pernah mengenyam pendidikan spesialisasi konstruksi pesawat. Saya juga tadi akhirnya bisa menyelesaikan masalah, kan? Dengan cara naik ke bangku supaya bisa lebih tinggi.

Kekurangan kita tidak boleh membuat kita jadi rendah diri. Kekurangan itulah yang harusnya memicu akal pikiran kita supaya bisa mengatasi kekurangan. Ingat, Allah memberikan sesuatu kepada manusia yang membedakan kita dengan makhluk lain, yaitu akal.


:D
 

Designed by Simply Fabulous Blogger Templates \ Provided By Free Website Templates | Freethemes4all.com

Free Website templatesSEO Web Design AgencyMusic Videos OnlineFree Wordpress Themes Templatesfreethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree Web Templates